Senin, 02 Mei 2011

Laporan Pemeriksaan Tekanan Darah_ (juniardi)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan tekanan darah merupakan indicator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler. Tekanan darah sangat penting dalam sisitem sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah di dalam arteri,arteriola,kapiler dan system vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada system sirkulasi tertutup, akitvitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.(1:137)
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah tidur malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.(2)
B.  TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan pemeriksaan tekanan darah adalah :
1.      Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri
2.      Mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Blood pressure results from two forces. Defenisi Tekanan Darah
                  Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.(3)
      Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik:  (3)
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
Darah rendah atau hipotensi
Di bawah 90
Di bawah 60
Normal
90 – 120
60 – 80
Pre-hipertensi
120 – 140
80 – 90
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1)
140 – 160
90 – 100
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 / berbahaya)
+160
+100
B.     Tekanan darah arterial
Tekanan darah arterial ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menangpungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Selama systole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak yang diebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan turun. Nilai terendah yang dicapai disebut tekana diastolic.
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk kedam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri masih tetap mengembung karena tahanan periferi dari arteriol –arteriol menghalangi semua darah mengalir kesemua jaringan. Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung pada kekuatan dan volume darah yang dipompa oleh jantung, dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriol. Kontraksi ini dipertahankan olerh syaraf vase konstriktor dan ini dikendalikan oleh pusat vasomotorik dalam medulla oblongata.
Pusat vasomotorik mengatur tahanan poriferi untuk mempertahankan agar tekanan darah relative konstan, tekanan darah mengalami sedikit perubahan-perubahan gerakan yang fisiologik. Seperti sewaktu latihan jasmani, waktu ada perubahan mental mental karena kecemasan dan emosi,waktu tidur dan sewaktu tidur dan sewaktu makan. Karena itu sebaiknya tekanan darah diukur adan sikap, sebaiknyan dikerja dalam sikap rebahan,
C.     Mengukur Tekanan Darah Arteri
Dalam mengukur tekanan darah arteri digunakan alat yang disebut sfignomanometer. Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat digembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset dan yang digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. dengan  memompa tekanan  maka tekanan dalam karton karet cepat naik sampai 200mm Hg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri brachial, sampai  suhu titik di mana denyut dapat dirasakan atau lebih tepat, bila menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom air raksa dapat dalam manometer dianggap tekanan sistolik. Kemudian tekanan yang berada diatas brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau pukulan denyut arteri dengan jelas dapat didengar atau dirasakan dan titik dimana bunyi mulai menghilang umumnya dianggap tekanan diastolic.(4:141)
Tekanan terhadap dinding arteri lebih besar sebagai kelantangan aliran darah meningkat. Faktor kedua yang mempengaruhi tekanan darah pertahanan periferi, atau pertahanan terhadap aliran darah dalam arteri kecil dari tubuh (arteriol). Pertahanan periferi dipengaruhi oleh viskositas (ketebalan) dari bood-khususnya, jumlah sel darah merah dan jumlah plasma darah mengandung. Sangat darah visccus menghasilkan tekanan darah tinggi. Selain itu, tekanan darah dipengaruhi oleh struktur dinding arteri: jika dinding telah rosak, jika mereka tersumbat oleh mendapan sisa, atau jika mereka telah kehilangan elastisitas mereka, tekanan darah akan lebih tinggi. Kronik tekanan darah tinggi, disebut hipertensi, merupakan konsekuensi dari terlalu tinggi output jantung atau terlalu tinggi pertahanan periferi.(5:14)
D.      Metode untuk Mengukur Aliran Darah
Aliran darah dapat diukur dengan memasukkan kanula ke dalam pembuluh darah, tetapi hal ini jelas mempunyai keterbatasan. Berbagai alat telah dikembangkan untuk  flow meter bergantung pada prinsip bahwa pada konduktor yang bergerak melalui medan magnet akan timbul voltase dan besar voltase ini sebanding dengan kecepatan gerakan. Karena darah merupakan suatu konduktor, magnet di pasang sekitar pembuluh dan voltase, yang besarnya sebanding dengan aliran volume, diukur dengan meletakkan elektroda yang sesuai pada permukaan pembuluh. Kecepatan aliran darah darah dapat diukur dengan flow meter Dopler. Gelombang ultrasonic dikirim kepembuluh secara diagonal dari satu kristal dan gelombang yang dipantulkan dari sel darah merah dan diserap oleh kristal kedua disebalah hilir. Frekuensi gelombang yang dipantulkan lebih tinggi dalam jumlah yang setara dengan laju aliran menuju kristal kedua akibat adanya efek Doppler.(6:601)
E.  Hipertensi
     Jantung kita seringkali disamakan dengan suatu pompa. Bila jantung menguncup (kontraksi), maka dengan pesat darah dipompa keluar dan masuk ke dalam pembuluh nadi besar (aorta) dengan tekanan yang agak kuat. Dari sini darah kemudian dialirkan ke dalam arteri-arteri dan arteriole-arteriole lainnya secara berangsur-angsur dengan tekanan yang lebih ringan. Tekanan ini adalah perlu agar supaya darah mencapai seluruh organ-organ dan jaringan-jaringan serta dapat mengalir kembali ke jantung melalui vena-vena.           
     Tekanan terhadap dinding-dinding elastis dari arteri-arteri dapat diukur dengan satu alat pengukur khusus, tekanan darah yang diperoleh biasanya dinyatakan sebagai mmHg (raksa), dapat dibedakan antara tekanan darah (TD) sistolik yakni tensi di arteriole-arteriole pada waktu jantung menguncup (sistolik), dan tekanan diastole yakni setelah jantung kendor kembali. Jelaslah bahwa TD sistolik selalu lebih tinggi daripada TD diastolik.
     Kriteria tekanan darah tinggi ditentukan oleh adanya kenaikan tekanan darah sistolik dan atau diastolik. Tekanan darah sistolik yang normal rata-rata 120 mmHg dan diastolik rata-rata 80 mmHg dengan variasi yang tinggi yang masih dapat dikatakan normal untuk sistolik sebesar 130-140 mmHg, dan untuk diastolik sampai 90 mmHg. Walaupun demikian ada yang menyatakan bahwa tekanan darah sebesar 140/90 mmHg sudah dimasukkan kategori tekanan darah tinggi ringan atau “Mild Hay Pretension”.
     Pada umumnya dapat disimpulkan bahwa tekanan darah yang sistolik lebih dari 160 mmHg, dan diastolik lebih dari 95 mmHg dianggapnya abnormal, dan tekanan darah yang sistolik kurang dari 140 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg masih dalam keadaan normal.
     Klasifikasi hipertensi dibedakan berdasarkan tinginya TD, derajat kerusakan organ dan etiologinya. Sebagai gambaran klasifikasi menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, Amerika Serikat dalam laporannya yang ke 5 pada tahun 1992 pada penderita 18 tahun ke atas sebagai berikut : (2)
Kategori
TDD (mmHg)
TDS (mmHg)
Normal
< 85
< 130
Normal Tinggi
85 – 89
130 - 139
Hipertensi :
Tinggi 1 (ringan)
90 – 99
140 - 159
Tinggi2 (sedang)
100 – 109
160 - 179
Tinggi 3 (berat)
110 – 119
180 - 120
Tinggi 4 (sangat berat)
≥ 120
≥ 210
Keterangan : TDD : Tekanan Darah Diastolik ; TDS : Tekanan Darah Sistolik
Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut etiologinya dibagi menjadi : (2)
(1) Hipertensi esensial/primer, dan
(2) Hipertensi sekunder.
Hipertensi esensial/primer dapat didefinisikan sebagai suatu tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebabnya atau tanpa tanda-tanda kelainan organ di dalam tubuh. Diduga berhubungan erat dengan kacaunya sistem pengendalian tekanan darah melalui saraf, humoral dan hemodinamik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fisiogenesis hipertensi esensial adalah keturunan atau adanya bakat genetik dan pengaruh faktor luar seperti makanan yang banyak mengandung alkohol atau ‘soft water’ yang banyak mengandung natrium. Di lain pihak faktor emosi atau psikososial yang lainnya dapat berperan lebih dominan terhadap fisiogenesis hipertensi esensial.
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diidentifikasi. Penyebab hipertensi ini terdiri dari kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada corteks adrenalis, feokromositoma, dan toksemia gravidarum serta adanya pemakaian obat-obatan sejenis dengan kortikosteroid. Dalam praktek klinik tidak jarang dijumpai hipertensi sekunder berubah menjadi suatu hipertensi maligna yang sukar diobati. Tanda-tandanya meliputi tekanan diastolik lebih dari 120 mmHg, disertai komplikasi pada mata berupa pendarhan retina dengan/tanpa papiledema, pendarahan otak, kegagalan jantung, dan kegagalan fungsi ginjal yang berat.
F.      Regulasi Tekanan Darah
Tubuh memiliki suatu sistem untuk mengatur tingginya tensi, yakni sistem renin-angiotensin. Sel-sel tertentu dari ginjal dapat memprodusir hormon renin, yang dilepaskannya bilamana TD di glomeruli menurun. Hal ini terjadi bila jumlah darah yang mengalir melalui ginjal berkurang, misalnya karena menurunnya volume darah atau karena penciutan setempat dari arteri ginjal. Dalam darah renin bergabung dengan suatu zat protein tertentu dengan menghasilkan argiotensin yang antara lain memiliki khasiat meninggikan TD sebagimana neurohormon noradrenalin (vasokonstriksi) atau dengan jalan sekresi hormon aldosteron dengan retensi natrium dan naiknya volume darah – sebaliknya TD yang dipertinggi merintangi pelepasan labih lanjut dari renin oleh ginjal sehingga terjadinya keseimbangan.
Disamping regulasi hormonal tersebut masih terdapat beberapa faktor fisiologi yang dapat mempengaruhi TD, yaitu : (7)
a.       Volume pukulan jantung (cardiac output), yaitu jumlah darah yang ada pada setiap kontraksi dipompa keluar jantung. Semakin besar volume ini semakin tinggi TD. 
b.      Kekenyalan dinding-dinding arteri. Pembuluh-pembuluh yang dinding-dindingnya sudah mengeras karena endapan-endapan kolesterol dan lemak (arteriosclerosis) menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada dinding yang masih elastis. 
c.       Terlepasnya neurohormon-neurohormon, antara lain adrenalin dan noradrenalin yang berhasil menciutkan pembuluh-pembuluh perifer hingga TD naik.
G.    Tekanan Darah Standar
Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa(mm Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sejak lama sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan. Sebenarnya tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh adalah 50mm Hg, hal ini berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm. Bila tekanan adalah 100 mm Hg. Kolom air raksa akan didorong setinggi millimeter.
Kadang-kandang, tekanan dinyatakan dalam sentimeter air (cm H2O). Tekanan sebasar 10 cm H2O berarti bahwa tekanan cukup untuk menaikkan satu sentimeter  adalah 10 kali dari 1 milimeter.
H.    Resistensi Aliran Darah
Resistensi merupakan hambatan aliran darah dalam pembuluh, tetapi tidak dapat diukur secara langsung dengan cara apapun. Sebaliknya, resistensi harus dihitung dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan antara dua titik di dalam pembuluh. Bila perbedaan tekanan antara dua titik adalah  1 mm Hg dan aliran adalah 1 ml/detik, resistensinya dikatakan sebesar 1 satuan resistensi perifer, biasanya disingkat  (peripheral resistence unit.(8:172)
I.       Megukur Tekanan Darah
Alat yang digunakan yaitu : (9:210)
Stetoskop
Sphygmoma
a)      Bungkus sphygmomanometer spontan sekitar lengan atas makmal pasangan anda, yang     harus berehat di meja makmal.
b)      Pastikan injap metering di bohlam sphygmomanometer ditutup.
c)      Memompa sphygmomanometer spontan. Sementara menonton gauge sphygmomanometer, penggelembungan Manset untuk sekitar 180 mmHg.
d)     Tempat bel dari stetoskop tepat di bawah sphygmomanometer dan di tengah antara epicondyles humerus. Pada titik ini, anda akan mendengar suara dalam arteri brakialis.
e)      Perlahan-lahan melepaskan udara dari sphygmomanometer spontan oleh melonggarkan injap pada bola lampu.
f)       Sementara memperhatikan gauge sphygmomanometer, mendengar suara darah saat melewati arteri brakialis. Apabila anda mendengar suara ini, perhatikan lokasi arah pada meteran tersebut. Ini adalah tekanan sistolik.
g)      Teruskan mengamati sphygmomanometer saat mendengar bunyi melalui stetoskop. Apabila anda tidak lagi mampu mengesan bunyi, tandai lokasi arah pada meteran tersebut. Ini adalah tekanan diastolik.
h)      Lab rakan harus mengubah kedudukan dan ulangi prosedur di atas.
i)        Rakam tekanan sistolik anda di bawah ini.
















BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.    Percobaan tekanan darah
B.     Alat dan bahan
1.      Manometer air raksa atau aneroid
2.      Stetoskop
C.    Prosedur  kerja
Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan tekanan darah ini dengan metode tak langsung.
1.      Cara Palpasi (metode Riva Rocci)
Segala bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset di pasang ketat dan sempurna abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian di hubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi (denyut arteri radialis) menghilang. Tekanan dalam manset kemudian di turunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/dt. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan yang diharapkan.

2.      Cara Auskultasi
Metode ini pertama kali diperkanalkan oleh seorang dokter rusia yaitu korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolis dan diastol dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskutasi). Bunyi yang timbul pada arteri brachialis disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan menset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus dipehatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat meletakkan stetoskop. Mula-mula rabalah arteri brachialis untuk menentukan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompala manset sehingga tekanannya melebihi tekanan diastol (yang diketahui dari palpasi). Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar satu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi korotkoff. Dan dapat terbagi dalam 4 fase yang berbeda:
Fase I :  Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi yang mengetuk jelas dan
               makin dalam makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg.
               Berikutnya disebut pula nada letupan
Fase II : Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan
                tekanan 15-20 mmHg.
Fase III : Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas
                 dank eras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
            Fase IV : Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg
                             berikutnya setelah itu bunyi menghilang.
Fase V :  Titik dimana bunyi menghilang.
a.       Permulaan dari fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistolis.
b.      Permulaan fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai   berikut : fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi dari pada tekanan diastolis intra arterial yang diukur secara langsung.
c.       Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati takanan diastolis intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihn otot atau keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka fase V jauh lebih rendah.
D.       Hasil Percobaan
Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi factor-faktor pengukuran tekanan darah, misalnya pengaruh perubahan sikap,pengaruh kerja otot dan lain-lain.
Nama                           : Tuan I
Umur                           : 19 tahun
Dengan cara palpasi      : 110 mmHg
Dengan cara auskultas  : 110/70 mmHg
Dengan cara osilasi        :110/70 mmHg
1)      Tekanan darah istirahat (setelah berbaring 5 menit)
Nama                                       : Tuan RD
Umur                                       : 18
Berat Badan                            : 50 kg
Dengan cara palpasi    : 110/70 mmHg
Pada saat duduk         : 110/70 mmHg
Pada saat berdiri         : 120/80 mmHg
2)      Pengaruh Perubahan Sikap
Nama                           : Tuan AT
Umur                           : 20 tahun
Pada saat berbaring 5 menit : 110/70
Pada saat berdiri:
Tekanan darah 0 menit : 110/60mmHg
Tekanan darah 1 menit : 135/70mmHg
Tekanan darah 3 menit : 130/80mmHg
Tekanan darah 5 menit : 130/70mmHg
3)      Pengaruh Kerja Otot
Nama               :  Tuan NN
Umur               : 19 tahun
Sebelum berlari              : 110/70mmHg
Setelah berlari  5 menit  : 135/80mmHg
4)      Pengaruh Berpikir
Nama                           :  Tuan UY
Umur                           :20 tahun
Tekanan darah control                        : 110/80
Tekanan darah setelah berpikir           : 120/80
5)      Percobaan Valsava
Nama               : T AR
Umur               : 18 tahun
Ekspirasi                      : 120/80mmHg
Kontrol                        : 120/80mmHg
6)      Percobaan Muller
Nama               : T DF
Umur               : 18 tahun
Tekanan Darah sebelum          : 110/70mmHg
Tekanan darah setelah            :  120/80 mmHg
E.     ANALISIS HASIL PERCOBAAN
1.      Percobaan pertama adalah pengukuran tekanan darah melalui tiga cara yaitu auskultasi, osilasi, dan palpasi dan hasilnya sama melalui ketiga cara tersebut.
2.      Percobaan kedua adalah tekanan darah istirahat, pada percobaan ini orang coba disuruh berbaring  5 menit, duduk 5 menit, dan berdiri 5 menit dan hasilnya tekanan darahnya semakin meningkat, hal ini disebabkan karena peningkatan kerja otot yang mempengaruhi laju denyut nadi.
3.      Percobaan ketiga ialah percobaan perubahan sikap,pada percobaan ini orang coba disuruh tidur lalu berdiri selama 5 menit lalu diukur tekanan darahnya dan hasilnya tekanan darahnya meningkat dari saat duduk sampai berdiri hal ini terjadi karena adanya peningkatan kerja otot saat duduk dan setelah berdiri yang menyebabkan tekanan darahnya meningkat.
4.      Parcobaan keempat ialah pengaruh kerja otot, pada percobaan ini orang disuruh barlari setelah diukur tekanan darahnya. Dan hasilnya tekanan darah orang coba kerja meningkat hal ini di sebabkan karena karja jantung lebih cepat setelah berlari sehingga darah meningkat.
5.      Pada kelima orang coba disuruh untuk berfikir lalu diukur tekanan darahnya dan dibandingkan sebelum berfikir dan hasilnya tekanan darah meningkat setelah berfikir hal ini karena kerja otak meningkat yang mempengaruhi kerja jantung.
6.      Percobaan keenam ialah percobaan valsava, dalam percobaan ini orang coba disuruh melakukan inspirasi dan ekspirasi dan hasilnya tekanan berbaring keposisi berdiri maka akan terjadi pengaruh grafitasi. Pembuluh darah utama yang terdapat pada ketinggian jantung mengalami tekanan hidrastatik sehingga tekanan akan bertambah. Pada percobaan di atas dipengaruhi oleh efek grafitasi yaitu tekanan setifpa pembuluh darah dibawah jantung lebih tinggi dan di dalam pembuluh jantung lebih rendah.
Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Adapun cara dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan metode tidak langsung adalah :
1.      Cara palpasi
Palpasi ialah metode pemeriksaan dimana penguji merasakan ukuran, kakuatan, atau letak suatu (dari bagian tubuh dimana penguji ialah praktisi kesehatan). Palpasi dilakukan oleh dokter medis, dokter chiropractic, dokter  osteopati, dan malahan ahli akupunktur dan herbak khususnya untuk uji thoraks dan abdomen, dan juga pengujian edema dan palpasi urat nadi.
2.      Cara auskultasi
Auskultasi, adalah sebuah istilah kedokteran, dimana seorang dokter mendengarkan suara di dalam tubuh pasien. Biasanya jantung, paru, dan usus dapat di auskultasi untuk mendapatka informasi fungsinya.
Istilah teknis ini ditemukan oleh Rene-Theophile-Marie-Hyacinthe Laaennec, seorang dokter berkebangsaan prancis, namun tindakan mendengarkan suara tubuh untuk tujuan diagnosis dapat di lacak jauh kemasa silam, khususnya pada masa mesir kuno.
Pada masa kini, pemeriksaan dilakukan dengan stetoskop dan di sebut auskultasi tak langsung yang berbeda dengan auskultasi langsung yang mendengarkan dengan menaruhi telinga langsung ditubuh pasien.
3.      Cara osilasi
Osilasi adalah variasi periodik – umumnya terhadap waktu  - dari suatu hasil pengukuran, contohnya pada ayunan bandul. Istilah vibrasi sering digunakan sebagai sinonim osilasi, walaupun sebenarnya vibrasi merunjuk pada jenis spesifik osilasi, yaitu osilasi mekanis. Osilasi tidak hanya terjadi pada suatu system fisik, tapi bisajuga pada system biologi dan bahkan dalam masyarakat. Osilasi terbagi menjadi 2 yaitu osilasi harmonis sederhana dan osilasi harmonis kompleks. Dalam osilasi harmonis sederhana terdapat gerak harmonis sederhana.



BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Cara-cara pengukuran tekanan darah arteri
a.       Cara palpasi (metode riva rocci)
b.      Cara auskultasi
c.       Cara osilasi
2.      Factor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis
a.       Pengaruh perubahan sikap
b.      Pengaruh kerja otot
c.       Pengaruh berpikir
B.     SARAN
Sebaiknya sebelum melakukan pemeriksaan darah, terlebih dahulu kita memperhatikan keadaan peralatan yang akan digunakan, kenyamanan bila memggunakan peralatan tersebut, mengkaji kondisi klien, dan sebaiknya klien tidak berbicara agar dapat diperoleh hasil yang meksimal.  

     
 DAFTAR PUSTAKA
1.      Syaifuddin.2009.Fisiologi Tubuh Manusia.Edisi 2.Salemba Medika:Jakarta.
2.      Wikipedia.2009.Tekanan Darah.http://en.wikipedia.org/wiki/
              Tekanan Darah.last update 3 juli 2010 pukul 18.00 wita

3.      Biofir,Japan.2009.Apakah-tekanan-darah.http://Japanbiofir.com/biofir.com/
        biofir news/htm.last update 3 juli 2010 pukul 18.00 wita

4.      Pearce,Evelyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
             Gramedia Pustaka Utama:Jakarta
5.      Taylor,Shelley E.2003.Health Psychology.Mc Graw Hill:New York
6.      Ganong,William F.2003.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC:Jakarta
7.      Surya,Andi.2010.Tekanan darah.http://andisurya amal/multiply.com/
        Journal/item/7.last update 3 juli 2010 pukul 18.30 wita
8.      Guyton,Arthur C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC:Jakarta
9.      Widmaier,P Eric F.2003.The Mechanisms of Body Function.the McGraw-Hill
              Companies:Greensboro