Senin, 02 Mei 2011

Laporan Fisiologi Berat Jenis Urin_ (juniardi)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehinggah darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine air kemih. (1:235)
Fungsi utama ginjal adalah mengatur volume, komposisi, dan pH cairan tubuh. Dalam proses ini ginjal menghapus sisa metabolism dari darah dan mengeluarkan nya dari luar. Ini termasuk sampah dinitrogen dan sulfur yang mengandung produk dan metabolism protein. Ginjal juga mengontrol laju pembentukan sel darah merah dan mengeluarkan eritropoletin mengatur tekanan darah dengan mengeluarkan rennin enzim penyerapan ion kalsium dengan mengaktifan vitamin D. (2:773)
Ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh; mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam darah; dan mengatur tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter ke dalam kandung kemih tempat urine tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urine akan dieksresikan dari tubuh lewat uretra. (3:1364)
Fungsi ekskresi ginjal diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Namun demikian berbeda dengan sistem kardiovaskular dan respiratorius, ganguan total fungsi ginjal tidak menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat. Dialisis (ginjal artifesial ) dan bentuk-bentuk terapi lainnya dapat dilakukan menggantikan fungsi-fungsi tertentu dari ginjal ( 3:1364)
Meskipun cairan serta elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan ada organ lain yang turut serta dalam mengatur keseimbangan asam-basa namun organ yang mengatur lingkungan kimia internal tubuh secara akurat adalah ginjal. Fungsi ekskresi ginjal diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Namun demikian, berbeda dengan sistem kardiovaskuler dan respiratorius, gangguan total fungsi ginjal tidak menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat. Dialisis  “ginjal artifisial “ dan bentuk-bentuk terapi lainnya dapat dilakukan untuk menggantikan fungsi-fungsi tertentu dari ginjal. (3:1364)
B.     Tujuan
1.      Mengukur berat jenis urine
2.      Melihat fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urine.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sistem Urinarius
      Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh,zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine atau air kemih.(4:235) 
Sistem urinarius terdiri atas :
a.       Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
b.      Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
c.       Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
d.      Uretra, yang mengeluarkan urine dari kandung kencing. (3:245)
1.      Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal  seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. (4:235)
Fungsi ginjal ialah pengaturan keseimbanga air; pengaturan konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah; dan ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (5:248)
2.      Ureter
      Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. (6)
Pembuluh darah ureter terdiri dari :
1.   Arteri renalis
2.   Arteri spermatika interna
3.   Arteri hipogastrika
4.   Arteri vesikalis inferior. (4:243)
Persarafan ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari fleksus mesentrikus inferior, fleksus spermatikus, dan fleksus pelvis; sepertiga dari nervus vagus; rantai eferens dan nervus vagus rantai eferens dari nervus torakali ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis kesatu dan nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter. (4:244)
3.      Kandung Kemih
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. (6)





Bagian vesika urinaria terdiri dari: (4:244)
1.   Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis, dan prostat.
2.   Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3.   Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari: (6)
1.   Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2.   Tunika muskularis (lapisan berotot).
3.   Tunika submukosa.
4.   Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Gangguan fungsi perkemihan:
            Dalam kasus penyakit tertentu urine juga mengandung jumlah normal sehingga urine menawarkan petunjuk diagnostic penting banyak penyakit. Sebagai contoh: kelebihan glukosa dapat mengindikasiakan diabetes, kelebihan sel darah merah mungkin gangguan kidnay dan sebagai  ini adalah salah satu alasan bahwa pemeriksaan kesehatan biasanya termasuk urinalisis. (7:38)
Persarafan vesika urinaria
Persarafan vesika urinaria berasal dari fleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke vesika urinaria melalui fleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang ke luar dari nervus splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3, dan 4 berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika urinaria. (4:244)
4.      Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm, 3-5 cm
(Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
a.    Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
b.   Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
c.    Lapisan mukosa. (6)
B.     Mekanisme pembentukan urine
1.       Penyaringan (Filtrasi) Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal.
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring. Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive) lebih mudah tersaring dari pada anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein.
2.       Penyerapan (Absorsorbsi) Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan (substance) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma.
3.       Penyerapan Kembali (Reabsorbsi) Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 gr glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
4.       Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea.  (8)
C.                Fakto-faktor yang mempengaruhi pembentukan urine
1.      Hormon
ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.



Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium. (9)
Renin.
Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis pada :
1.      Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
2.      Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
3.      Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
4.      Innervasi ginjal dihilangkan.
5.      Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal ).
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah.
2.      Zat - zat diuretik
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.
Suhu internal atau eksternal
Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urin.
3.      Konsentrasi Darah
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urin menurun.
4.      Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin. (9)
D.    Mekanisme Pemekatan dan Pengenceran Urine
a)      Pemekatan urine
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium dan klorida ke luar pars ascenden lengkung. Langkah-langkah pada Countercurrent Multiplier System.
1.      Sewaktu natrium ditransportasikan ke luar pars ascendens, cairan interstisium yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat.
2.      Air tidak dapat mengikuti natrium ke luar pars ascendens. Filtrat yang tersisa secara progresif menjadi encer.
3.      Pars ascendens lengkung bersifat permeable terhadap air. Air meninggalkan bagian ini dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi ke dalam ruang intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars descendens. Sewaktu mengalir ke pars ascendens, cairan mengalami pengenceran progresif karena natrium dipompa ke luar.
4.      Hasil akhir adalah pemekatan cairan interstisium di sekitar lengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.
5.      Di bagian puncak pars asendens lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik (konsentrasinya setara dengan plasma) atau bahkan hipotonik (lebih encer dibandingkan plasma). (8:463)
Hasil dari Countercurrent Multiplier System                                                           
            Permeabilitas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila permeabilitas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi ke luar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urine. Sebaliknya apabila permeabilitas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi ke luar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urine. Urine akan encer. (8:465)
Peran hormon antidiuretik dalam pemekatan urine
            Permeabilitas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon hipofisis Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilitas air. Apabila tekanan darah rendah atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat. (8:465)
b)      Pengenceran urine
Mekanisme yang membentuk urine encer adalah dengan terus menerus mereabsorbsi zat terlarut dari bagian distal sistem tubulus dan tidak melakukan reabsorbsi air. Pada ginjal yang sehat cairan yang meninggalkan segmen asenden ansa henle  dan bagian awal tubulus distal selalu encer, tanpa memperhatikan jumlah ADH. Bila tidak ada ADH urine selanjutnya akan diencerkan di segmen akhir tubulus distal dan duktus koligentes, dan sejumlah besar volume urin yang encer akan diekskresikan. (9:368)
E.     Komposisi Urine Normal
Urine terutama terdiri atas air, urea, dan natrium khlorida. Pada seseorang yang menggunakan diit yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persen air dan benda padat dalam urine adalah seperti berikut: (5:251)
Air                     : 96 %
Benda padat      : 4 % (terdiri atas urea 2 % dan produk metabolik lain 2%).
      Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindahkan amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100 cc darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum.
      Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg setiap 100 cm, sedangkan 1,5 sampai 2 setiap hari diekskresikan ke dalam urine.
      Kreatinin adalah hasil buangan kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain mencangkup benda-benda purine, oxalat, fosfat, sulfat, dan urat. Elektrolite atau garam seperti natrium dan kalium khlorida diekskresikan untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut. (5:251)
F.     Pengukuran Berat Jenis Urine
      Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urine sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urine berhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urine makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urine sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urine kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis, dan kegagalan ginjal yang menahun. (10)
G.    Volume Urine Normal
      Kemampuan pemekatan maksimal ginjal menunjukan banyaknya volume urin yang harus diekresikan stiap hari untuk membuang sisa-sisa produk metabolism ion yang dicerna dari tubuh. Seorang manusia normal dengan berat badan 70 kilogram harus mengeluarkan sekitar 600 miliosmol zat terlarut setiap hari. Bila kemampuan maksimal pemekatan urine adalah 1200 mOsm/













BAB III
HASIL DAN PERCOBAAN
A.    Nama percobaan
“Pemeriksaan Berat Jenis Urine”
B.     Alat dan bahan
1.      Gelas penampung
2.      Spoit 10 cc / ml
3.      Tabung reaksi
4.      Handscoen
5.      Urinometer
6.      Urine
7.      Reagen Strip
C.    Prosedur kerja
1.      Ditampung urine orang coba dalam gelas penampung sebelum percobaan diamati. Orang coba pertama meminum air sebanyak 500 cc dan orang coba kedua melakukan aktivitas selama 30 menit. Tampung kembali urine kedua orang coba dengan gelas penampung yang berbeda.
2.      Cuci tangan sebelum memulai kegiatan.
3.      Pakai handscoen setelah mencuci tangan.
4.      Diamati warna urine pada kedua orang coba tersebut.
5.      Volume urine ± 4 cc dengan menggunakan spoit 10 cc kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
6.      Dicelupkan urinometer ke dalam tabung reaksi yang berisi urine.
7.      Diamati berat jenis urine.



D.    Hasil Percobaan
1.      Orang pertama
Nama   : Tn. H
Umur   : 20 tahun
Hasil percobaan:
Waktu/menit
Sebelum minum air
0 menit
Setelah minum air
30 menit
Volume
6 cc
6 cc
Warna
Kuning pekat
Kuning jernih
Berat jenis
1,014
1,016
Osmolalitas
Normal
Meningkat
Bagan Reagent Strip:
Normal
Sebelum
sesudah
Glukosa ( - )
0
0
Protein ( - )
± 0,15
± 0,15
pH  (5)
6
6
2.      Orang kedua
Nama   : Tn. A
Umur   : 20 tahun
Hasil percobaan:
Waktu/menit
Sebelum beraktivitas
Setelah beraktivitas
Volume
4 cc
4 cc
Warna
Kuning jernih
Kuning pekat
Berat jenis
1,040
1,046
Osmolalitas
Normal
Meningkat

Bagan Reagent Strip:
Normal
Sebelum
sesudah
Glukosa ( - )
0
0
Protein ( - )
± 0,15
± 0,15
pH  (5)
6
6
E.     Analisis hasil percobaan
1.      Analisis pada orang coba pertama :   
            Berat jenis urine orang coba pertama seharusnya menurun, tetapi pada hasil percobaan tersebut diperoleh berat jenis urine yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: volume urine sebelum minum air dan setelah minum air  tidak sama sehingga mempengaruhi berat jenis urine. Kepekatan urine karena makin pekat urine maka makin tinggi berat jenisnya atau adanya manipulasi data yaitu orang coba seharusnya berlari selama 30 menit, mungkin pada saat itu orang coba tidak memenuhi waktu yang ditentukan,sehingga data yang diperoleh tidak sesuai.
     Osmolalitas pada orang coba pertama seharusnya menurun, tetapi pada percobaan ini osmolalitasnya meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: Volume urine sebelum minum air dan setelah minum air tidak sama sehingga hasil percobaan yang diperoleh tidak akurat. Makin besar berat jenis urine maka osmolalitas urine semakin tinggi/ meningkat.
2.      Analisis pada orang coba ke dua :
Berat jenis urine pada orang coba ke dua normal karena jumlah berat jenis urine setelah melakukan aktivitas seperti olahraga akan meningkat.
Pada percobaan ini didapatkan volume urine sebelum melakukan aktivitas seperti olahraga sama dengan volume urine setelah melakukan olah raga sehingga pada percobaan diperoleh hasil yang lebih akurat.
Osmolalitas urine pada orang coba ke dua normal yaitu harus meningkat setelah melakukan aktivitas seperti olahraga karena berat jenis urine yang meningkat. Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik vasopresin, untuk menekan sekresi air, sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal.
Pada percobaan menggunakan reagent strip, sebelum dan sudah minum air tidak terdapat glukosa, protein yang dikandung urine sebelum dan sesudah minum air sama yaitu ± 0,15 dan pH yang dikandung juga sama yaitu 6.

























BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
        Mengukur berat jenis urine dapat dilakukan dengan menggunakan urinometer,   dengan cara membandingkan berat jenis urine dan H2O pada voleme sama, dan dengan menggunakan reagan strip.
Ginjal berperan dalam pemekatan dan pengenceran uirne, hal ini disebabkan oleh adanya hormon ADH yang mempengaruhi kental/pekat atau tidaknya urine. ADH meningkatkan permeabilitas tubulus dan duktus kolektivius sehingga menyebabkan meningkatnya reabsorsi air dan urine menjadi pekat. Sebaliknya kurangnya ADH membuat sedikitnya air yang terserap kemabli sehingga ekskresi urine yang dihasilkan encer.
B.     Saran
Sebaiknya volume urine yang digunakan 10 cc karena volume urine berperan dalam penentuan berat jenis urine sehingga hasil yang diperoleh akurat dan berat jenis urine pada orang coba pertama setelah minum air seharusnya menurun. Alat yang digunakan sudah cukup lengkap.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Syaifuddin. 2006.Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
               Edisi 3. EGC : Jakarta.
2.      Widmaier,P Eric F.2003.The Mechanisms of Body Function.the McGraw-Hill
              Companies:Greensboro
3.      Smeltzer, Susanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.
              Edisi 8. Jilid 2. EGC. Jakarta.
4.      Syaifuddin. 2006.Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
              Edisi 2. EGC : Jakarta.
5.      Pearce, Evelin C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
             Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
6.      Totonrofiunsri. 2009. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan. In
             www.totonrofiunsri.wordpress.com. Last update 7 Juli 2010. Pukul 18.40
7.   Taylor,Shelley E.2003.Health Psychology.Mc Graw Hill:New York
8.  Ashari,Irwan.2010.Mekanisme Pembentukan Urine.in http://irwanashari.com
  Last update 7 juli 2010 pukul 6.44
 9.  Freaks, Eni. 2009. Fungsi Ginjal dan Proses Pembentukan Urine.
in www.eni.web.ugm.ac.id. Last update 12 Juli 1009. Pukul 18.50

10. Wirawan, dkk. 2008. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urine. in www.kalbe.co.id.
Last update 12 Juli 2009. Pukul 19.15 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar