Senin, 02 Mei 2011

Laporan Harvard_ (juniardi)


BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dan beraktivitas. Karena itu, kita dianjurkan untuk berolah raga paling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga memiliki sangat bermanfaat untuk kesehatan sistem kardiovaskuler. Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa kelelahan yang berarti. Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra seperti berolahraga dan rekreasi. Sehat dalam arti umum adalah dengan cara menjaga makanan agar cukup gizi dan menjaga kebersihan sehari-hari. Kebersihan ini meliputi kebersihan diri sendiri, misalnya mandi, berpakaian, dan lain-lain.
   Aktivitas fisik merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya. Dengan majunya dunia teknologi memudahkan semua kegiatan sehingga menyebabkan kita kurang bergerak, seperti penggunaan remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa dimbangi dengan aktifitas fisik yang akan menimbulkan penyakit akibat kurang gerak.
Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh aktivitas terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis. Untuk menentukan kesanggupan badan kita dalam melakukan suatu aktivitas maka dilakukan tes harvard. Tes ini bertujuan untuk menentukan indeks kesanggupan badan untuk melakukan kerja, di sini kita menilai kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat.
B.     Tujuan
Adapun tujuan percobaan yaitu menentukan kesanggupan badan untuk melakukan suatu kerja (menentukaan kapasitas kerja).




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Test Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung beradaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh. (1)

Gambar naik turun bangku harvard
Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes ini menghitung kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa lelah. Subjek (orang yang melakukan tes) melangkah naik dan turun pada papan setinggi 45 cm. jumlah langkah yaitu 30 langkah permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan. Kelelahan adalah ketika saat subjek tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya dalam 15 detik. Subjek didudukkan dan merupakan akhir dari tes, dan denyut jantungnya kemudian dihitung dalam 1 sampai 1,5, 2 sampai 2,5, dan 3 sampai 3,5 menit. (2)



B.  Macam-macam Otot
Dalam garis besarnya sel otot dapat kita bagi dalam tiga golongan, yaitu: (3:87)
1.    Otot motoris, disebut juga otot serat lintang oleh karena di dalamnya protoplasma mempunyai garis-garis melintang. Pada umumnya otot ini melekat pada kerangka sehingga disebut juga otot  kerangka. Otot ini bergerak menurut kemauan kita (otot sadar), pergerakannya cepat tetapi lekas lelah, rangsangan dialirkan melalui saraf motoris.
2.    Otot otonom, disebut juga otot polos karena protoplasma licin tidak mempunyai garis-garis melintang. Otot-otot terdapat di alat-alat dalam seperti ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah dan  lain-lain. Dapat bekerja di luar kemauan kita (otot tak sadar), oleh karena rangsangannya melalui saraf otonom.
3.    Otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang di dlam sel protoplasma terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang tetapi kalau kita melihat fungsinya seperti otot polos, dapat bergerak sendiri secara ototmatis karena ia mendapat rangsangan dari susunan otonom. Otot semacam ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri.
Bagian-bagian dari otot, yaitu:
a)      Kepala otot (muskulus kaput)
b)      Empal otot (muskulus venter)
c)      Ekor Otot (muskulus kaudal).
C.    Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.
1.      Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut otot.
2.      Di setiap ujung, saraf menyekresi subtansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit.
3.      Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal “asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung pada membran.
4.      Terbukanya kanal asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5.      Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut orot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
6.      Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum ini.
7.      Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi.
8.      Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai potensial aksti otot yang baru datang lagi, pengeluran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontaksi terhenti. (4:74)









Ada tiga jenis kerja otot yaitu :
a)      Kerja dinamis positif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian berkontraksi dan relaksasi (misalnya, menaiki bukit).
b)      Kerja dinamis negatif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian memperpanjang istirahat sementara (istirahat kerja) dan berkontraksi tanpa beban (misalnya, menuruni bukit).
c)      Kerja statis postural, yang membuat otot terus menerus kontraksi (misalnya, berdiri tegak).
Banyak kegiatan melibatkan kombinasi dari dua atau tiga jenis pekerjaan otot. Efek kerja mekanik diarahkan diproduksi di aktivitas otot dinamis, tapi tidak dalam pekerjaan murni postural. Dalam kasus terakhir, gaya x jarak = 0. Namun, energi kimia masih digunakan dan benar-benar berubah menjadi bentuk panas disebut pemeliharaan panas (kekuatan otot kali durasi kerja postural). (5:74)
Jaringan otot
Jaringan otot bertanggung jawab untuk sebagian besar interaksi kita dengan dunia luar. Fungsi-fungsi ini termasuk bergerak, berbicara, dan sejumlah tindakan sehari-hari lainnya. Namun tidak kalah penting, adalah internal fungsi otot. Internal fungsi otot adalah pompa darah kita dan mengatur alirannya, makanan kita bergerak karena sedang dicerna dan menyebabkan pembuangan limbah, dan berfungsi sebagai pengatur kritis berbagai proses internal. (6 :138)
D.    Jenis-jenis kontraksi
Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen-elemen kontraktil otot. Akan tetapi, karena otot mempunyai elemen-elemen elastis dan kenyal yang tersusun seri dengan elemen kontraktil, kontraksi dapat terjadi tanpa pemendekan yang berarti pada berkas otot. Kontraksi semacam itu disebut sebagai kontraksi isometrik (dengan ukuran yang tetap atau dengan panjang yang tetap). Kontraksi melawan beban yang tetap, dengan pemedekan otot, dinamakan kontraksi isotonik (tegangan yang tetap). Perhatikan bahwa karena kerja merupakan hasil perkalian gaya dan jarak kontraksi isotonik menghasilkan kerja, sedangkan kontraksi isometrik tidak. Pada keadaan lain, otot dapat melakukan kerja negatif pada saat  berkontraksi. Hal ini dapat terjadi, misalnya bila meletakkan suatu beban berat ke atas meja. Dalam hal itu, otot secara aktif menahan turunnya objek, tetapi efek keseluruhannya adalah pemanjangan otot pada saat otot berkontraksi. (7:56)
E.     Kekuatan dan Ketahanan Otot
Kekuatan sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannya, dengan suatu daya kontraktilitas maksimum antara 3 dan 4 kg/cm2 pada suatu daerah potongan melintang otot. Jadi seorang manusiayang disuplai sejumlah testeron normal yang telah membesarkan ototnya melalui suatu program latihan kerja akan memiliki kekuatan otot yang bertambah juga.
Kekuatan yang mempertahankan otot kira-kira 40 persen lebih besardari kekuatan kontraksi. Yaitu, bila suatu otot sudah berkontraksi dn kemudian dikeluarkan gaya untuk mencoba meregangkan otot tersebut seperti yang terjadi saat mendarat sesudah melakukan loncatan, keadaan ini akan membutuhkan gaya kira-kira 40 persen lagi daripada yang dapat dicapai oleh suatu kontraksi pemendekan.
Sesungguhnya, peregangan yang kuat dari satu otot yang sudah berkontraksi maksimal adalah satu cara pasti untuk mendapatkan derajat nyeri otot yang paling nyeri. Kerja mekanis yang dilakukan otot adalah jumlah gaya yang diterapkan pada otot dikali dengan jarak yang timbul akibat penggunaan gaya tersebut. Daya kontraksi otot berbeda dari kekuatan otot, karena daya meruopakan suatu pengukuran dari jumlah total kerja yang dilakukan oleh otot dalam satu satuan waktu. Oleh karena itu, daya ditentukan tidak hanya oleh kekuatan kontraksi otot tetapi juga oleh jarak kontraksi otot dan jumlah otot yang berkontraksi setiap menit.
Pengukuran lain dari penampilan otot adalah ketahanan. Ketahanan ini, sebagian besar bergantung kepada dukungan nutrisi terhadap otot, terlebih lagi kandungan glikogen yang tersimpan dalam otot sebelum periode latihan. (8:1112)
F.     Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler
Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan teijadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut.
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain : (9)
1)      Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhanadan mudah diukur dan cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantungberkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter. cardiac monitoring dan sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk.
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia.

2)      Curah Jantung/Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang.
Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit).
3)      Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi.


4)      Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas.
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing jaringan baik dalam keadaanistirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang. (9)
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun. (2)























BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Nama Percobaan
Percobaan Harvard (Harvard Step Test)
B.     Alat dan Bahan
1.      Bangku Harvard
2.      Metronom
3.      Stopwatch
4.      Sphygmanometer
5.      Stetoskop
C.    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini yaitu :
1.      Sebelum percobaan dimulai aturlah metronom dengan kecepatan 30 kali permenit yaitu sesuai dengan kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan.
2.      Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan istirahat (duduk).
3.      Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (systole) sebaiknya percobaan ini jangan dilakukan pada orang tersebut.
4.      Mintalah orang coba untuk melakukan kerja naik turun bangku Harvard dengan kecepatan tetap 30 kali naik turun satu menit sesuai dengan bunyi metronom.
5.      Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak lebih 5 menit.
6.      Setelah selesai dengan kerja ini orang coba segera diminta duduk dan ukurlah tekanan darah dan denyut nadi orang coba.
7.      Kemudian lakukan pencatatan denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit. Setelah percobaan (denyut nadi dihitung selama 30 detik).
8.      Setelah percobaan denyut nadi dihitung selama 30 detik.


Pencatatan denyut nadi :
F1 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik kemudian
F2 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik kemudian
F3 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik kemudian
9.      Hitunglah Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut ini.
Rumus Indeks Kesanggupan Badan
Cara Cepat :
Cara Lambat :
Ket : T = Lamanya orang turun naik (dalam detik)
Penilaian :
Cara Cepat


Cara Lambat
<50
50-80
>80
<55
55-64
>64
: kesanggupan kurang
: kesanggupan sedang
: kesanggupan baik
: kesanggupan kurang
: kesanggupan sedang
: kesanggupan baik
D. Hasil Percobaan
Identitas Orang Coba
Nama                 : Tn. H
Umur                 : 20 Tahun
Pekesjaan          : Mahasiswa
Jenis Kelamin   : Laki-laki
Hasil Pengamatan :
1.    Sebelum beraktivitas
        Tekanan Darah : 110/80
        Denyut Nadi : 80 kali/menit
2.  Saat beraktivitas
T = 2 menit 9 detik
3.   Setalah beraktivitas         231 detik
·      Tekanan darah : 130/80 mmHg
  Denyut nadi (Denyut nadi Recovery)
·         F1 = 68 kali/30 detik
·         F2 = 59 kali/30 detik
·         F3 = 55 kali/30detik
a)      Cara cepat
IKB =  T x 100   
   5,5            
        =   139 x  100  
   5,5 x 68            
        =     13900
     374
        =   37,17 (kesanggupan kurang)
b)      Cara lambat
IKB =    T x 100        
          2(f1 + f2 + f3)    
        =    139  100
             2(68+59+55)
        =     13900
                 348
        =   39,94 (kesanggupan kurang)
E.     Analisis percobaan
Dari hasil percobaan di atas, dapat dilihat bahwa tekanan darah orang coba sebelum beraktivitas yaitu 110/80 dengan denyut nadi 80 kali/menit. Dan setelah beraktifitas, nilai ini meningkat dengan tekanan darah menjadi 130/80 mmHg dan denyut nadi menjadi, F1 = 68 kali/30,  F2 = 59 kali/30 detik dan F3 = 55 kali/30 detik pada menit ketiga. Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi orang coba setelah beraktivitas (dalam hal ini naik turun bangku harvard) disebabkan karena pada saat orang coba beraktivitas, oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh juga banyak, secara otomatis aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh semakin banyak, sehingga tekanan darah meningkat, atau dengan kata lain sirkulasi peredaran darah di dalam tubuh cepat dari biasanya. Kemudian hal tersebut juga disebabkan karena keelastisitasan dinding aliran darah di pengaruhi oleh otot yang membungkus arteri dan vena sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Oleh karena itu, agar kebutuhan tersebut terpenuhi, maka curah jantung meningkat. Peningkatan curah jantung tersebut menyebabkan darah akan lebih banyak dipompakan melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah, dan akhirnya juga berdampak pada kecepatan tekanan darah arteri dan denyut nadi meningkat.
Dari percobaan juga dapat kita lihat bahwa setelah melalui dua perhitungan diperoleh bahwa indeks kesanggupan badan orang coba kurang. Hasil dari penghitungan cara cepat yaitu 37,17. Sedangkan dengan cara lambat yaitu 39,94. Hal yang menyebabkan terjadinya kurangnya kesanggupan badan karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan lebih berat dari yang biasanya dan tanpa pemanasan sebelumnya, frekuensi naik turun harvard kurang maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan gizi atau perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.


BAB 1V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Setelah melakukan percobaan ini kesimpulan yang dapat ditarik yaitu,
kapasitas kerja adalah Kesanggupan sesorang untuk melakukan kerja dengan seefesien mungkin hingga batas kemampuan kerja. Dalam percobaan ini indeks kesanggupan badan orang coba setelah dilakukan perhitungan yaitu 37,17 dan 39,94 atau kesanggupan badan kurang. Suatu aktivitas dapat mengakibatkan peningkatan cardiak output karena peningkatan diastole sebagai akibat dari peningkatan tonus otot dan tekanan intratorak yang menurun. Selain itu, karena adanya rangsangan otonom yang meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga denyut jantung juga meningkat.
B.     Saran
1. Alatnya sudah cukup baik, kalau bisa lebih dilengkapi lagi.
2. Pembimbing yang menangani jadwal lab kalau bisa untuk praktikum selanjutnya, manajemen jadwal praktikum lebih diefisienkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar